Kebijakan tarif dagang yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali memicu polemik, kali ini berdampak serius terhadap industri video game global. Entertainment Software Association (ESA), organisasi yang menaungi berbagai perusahaan game ternama di AS, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak kebijakan ini yang dinilai bisa merusak ekosistem gaming internasional. Dalam aturan tarif terbaru, Trump menetapkan bea masuk tinggi untuk negara-negara penghasil utama perangkat keras game, termasuk Vietnam dan China.
Vietnam, yang menjadi lokasi utama produksi konsol Nintendo, kini dikenai tarif sebesar 46 persen. Sementara itu, China yang sebelumnya juga menjadi pusat manufaktur, dibebankan tarif lebih tinggi hingga mencapai 54 persen. Kenaikan tarif ini otomatis akan meningkatkan biaya produksi konsol secara signifikan. Wakil Presiden Senior ESA, Aubrey Quinn, menjelaskan bahwa lonjakan biaya ini sangat mungkin menyebabkan harga konsol naik tajam di pasar global.
Analis industri, Daniel Ahmad, menyoroti bahwa langkah Nintendo memindahkan produksi ke Vietnam sebelumnya bertujuan menghindari tarif tinggi dari kebijakan sebelumnya. Namun, dengan diberlakukannya aturan tarif baru ini, strategi tersebut tak lagi relevan. Imbasnya, biaya produksi tetap akan membengkak. Salah satu contoh nyata, harga Nintendo Switch 2 yang awalnya diumumkan seharga $450 bisa melonjak hingga $600 di AS jika kebijakan tarif ini terus berlanjut.
Sementara itu, wacana produksi dalam negeri sebagai solusi dinilai kurang realistis dalam jangka pendek. Quinn menyatakan bahwa perubahan rantai pasokan tidak bisa dilakukan secara instan, dan proses adaptasi bisa memakan waktu lama. Kondisi ini menjadi tantangan berat bagi para produsen konsol dan konsumen, sekaligus berpotensi mengubah arah industri game global dalam beberapa tahun mendatang.